Kajian literature Logo sebagai Citra Personal Branding

            Dalam pembahasan kali ini penulis akan membahas pentingnya personal branding di dalam logo. Citra sebuah perusahaan atau karakter seseorang yang akan di branding haruslah baik, mudah diingat dan unik atau dapat dikatakan berbeda dari yang lain. Ada beberapa kutipan literatur yang diambil dari sebuah jurnal, berikut kutipan yang penulis ambil :

 

 

1.     Branding dan Logo

 

Brand merupakan sebuah asset yang tak berbentuk yang merupakan rangkuman dari sebuah pengalaman terhadap sebuah entitas. Dikatakan oleh Walter Landor, pendiri Landor Associates, ia berkata brand diciptakan dalam pikiran. Sebuah Brand akan sukses jika dapat membangun sebuah identitas atau kepribadian yang dapat menjalin hubungan antara perusahaan dan konsumen.

 

Dalam Wheeler (2009) disebutkan bahwa makna brand bisa berubah sesuai konteksnya. Kadang brand dapat dimaknai sebagai kata benda, kadang sebagai kata kerja. Kadang dapat diasosiasikan dengan nama entitas, pengalaman, dan harapan konsumen. Sementara itu, Rustan (2009) secara ringkas mendefinisikan brand sebagai rangkuman pengalaman, dan asosiasi terhadap sebuah entitas.

 

Rustan, S. (2009). Mendesain logo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 

Wheeler, A. (2009). Designing brand identity. New Jersey: John Wiley & Sons. 

 

 

2.     Elemen Visual dan Prinsip Desain

 

Sebuah persepsi seseorang akan berbeda namun setiap manusia akan memiliki kesamaan terhadap sebuah warna, bentuk maupun rupa. Menurut Darmaprawira (2002) Asosiasi warna akan berkembang sesuai latar belakang sosial, budaya dan perkembangan yang ada di era tersebut tepatnya dalam kehidupan bermasyarakat. Pilihan warna seseorang akan berbeda pada setiap individu yang akan membuat ciri khas tersendiri terhadap sebuah karakter, hal ini karena biasanya selera orang tersebut dipengaruhi oleh faktor pengalaman pribadi terhadap warna, bentuk maupun rupa tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan warna, bentuk maupun rupatertentu akan mempengaruhi persepsi pengamat sesuai dengan pengalaman dan pemahaman pribadi yang dimilikinya, di mana hal ini tidak lepas dari pemahaman menurut asosiasi umum yang telah disepakati. 

 

Darmaprawira, Sulasmi W.A. 2002. Warna: Teori dan Kreativitas Penggunaannya. Bandung: Penerbit ITB 

 

 

 

3.     Personal Branding

 

Brand (merek) adalah gagasan, persepsi, harapan, dan keyakinan yang ada di benak konsumen, pelanggan potensial, atau individu apapun yang dapat memengaruhi perusahaan (Kotler & Pfoertsch, 2006). Merek dapat memberikan empat level makna (Kotler et al., 1999) yaitu: (1) Atribut, merek mengingatkan atribut produk tertentu. Misalnya, merek Mercedes menyarankan atribut seperti “direkayasa dengan baik”, “dibangun dengan baik”, “tahan lama”, “prestise tinggi”, “cepat”, “mahal” dan “nilai jual kembali tinggi”. Perusahaan dapat menggunakan satu atau lebih atribut dalam iklannya untuk mobil. Selama bertahun- tahun, Mercedes mengiklankan “direkayasa tidak seperti mobil lain di dunia”. 

 

Personal branding yang hebat membutuhkan keaslian mutlak, termasuk kemampuan untuk mengakui kelemahan di depan umum. Sayangnya, terlalu banyak orang yang mencoba menyembunyikan kekurangan mereka atau yang lebih buruk, sebaliknya memaksakan melakukan serangan, penolakan atau pengingkaran pada kelemahan tersebut, bukan berfokus pada pengembangan keunggulan mereka. Personal branding menuntut agar setiap praktisi dipersiapkan untuk evaluasi diri yang menantang dan jujur (Montoya & Vandehey, 2002). 

 

Kotler, P. & Pfoertsch, W. (2006) B2B Brand Management. Springer Berlin Heidelberg. Montoya, P. & Vandehey, T. (2002) The Personal Branding Phenomenon: Realize Greater Influence, Explosive Income Growth and Rapid Career Advancement by Applying the Branding Techniques of Michael, Martha & Oprah. Peter Montoya Incorporated. 

 

4.     Personal branding pada figure public

Perilaku konsisten mendefinisikan merek seseorang lebih jelas terbukti. Relevansi setiap figur publik dengan kebutuhan dan nilai seseorang juga akan bervariasi. Tapi suka atau tidak suka, butuh atau tidak, seseorang merasa tahu harus ke mana harapan dari orang-orang ini karena perilaku mereka sangat konsisten selama bertahun-tahun (McNally & Speak, 2010). 

Cara mengembangkan personal branding (Labrecque, Markos & Milne, 2011) yaitu: 

(1) Membangun identitas merek (brand identity). Dalam konteks daring, identitas personal branding bergantung pada penyajian diri saat identitas dibuat dalam komputer menggunakan profil jejaring sosial, blog atau halaman web pribadi. Identitas bisa berupa status yang melekat dan kepribadian.

(2) Mengembangkan posisi merek (brand positioning). Brand positioning mengacu pada komunikasi aktif identitas merek seseorang ke target pasar yang spesifik. Penggunaan brand positioning untuk menyoroti atribut positif mereka dalam menghargai target audiens mereka, sementara pada saat yang sama membedakan diri dari individu lain dalam pasar. Untuk personal branding daring, brand positioning terjadi melalui manajemen kesan. Dalam konteks daring, ini dilakukan dengan mempertahankan citra yang konsisten melalui pilihan untuk mengungkapkan informasi pribadi melalui blog dan pengungkapan di situs-situs seperti jaringan sosial. Tantangan utama bagi peserta, diputuskan informasi apa yang akan dikirim secara daring, setelah menyaring informasi yang tidak selaras dengan strategi branding mereka. Selain informasi demografis, profil termasuk juga informasi seperti daftar buku favorit, musik, kutipan, dan film, serta foto.

(3) Penilaian citra merek (brand image). Citra merek tergantung pada informasi yang diunggah yang bergantung pada informasi yang diunggah orang lain dan reaksi pasar terhadap informasi yang disajikan yang umumnya berdasarkan perilaku yang terlihat, perilaku nonverbal dan isyarat yang dapat diamati lainnya. Kunci dari pembangunan citra merek adalah repetisi hingga terjadilah konsistensi. 

Labrecque, L.I., Markos, E. & Milne, G.R. (2011) Online Personal Branding: Processes, Challenges, and Implications. Journal of Interactive Marketing. [Online] 25 (1), 37 – 50. Available from: doi:10.1016/j.intmar.2010.09.002. 

McNally, D. & Speak, K. (2010) Be Your Own Brand: Achieve More of What You Want by Being More of Who You Are. Berrett-Koehler Publishers.

 

5.     Personal Branding era Remaja

Chaplin (2002:12), eksistensi merupakan cara untuk menujukkan keberadaan manusia, situasinya dalam dunia, kebebasannya memilih tujuan hidup, serta berusaha memahami arti kehidupannya sendiri. Eksistensi diri merupakan segala kemungkinan yang apabila direalisasikan dapat mengarahkan individu pada keberadaan autentik, yaitu manusia menjadi dirinya sendiri, mengambil tanggung jawab untuk menjadi dirinya sendiri dengan menyeleksi kemungkinan- kemungkinan yang ada dan disediakan dalam kehidupannya (Thompson, 2010). 

Pada konteks ini, eksistensi yang dimaksud adalah yang dibentuk oleh kalangan remaja sebagai pembentukan jati dirinya. Lebih dari itu, pembentukan jati diri yang khas pada akhirnya disadari sebagai hal penting untuk menunjukkan potensi, terutama di era seperti sekarang ini yang penuh dengan kompetisi, menunjukkan potensi diri menjadi hal yang utama. 

Atas alasan itulah memahami konsep personal branding menjadi hal penting sebagai cara untuk meningkatkan ‘nilai jual’ seseorang. Melalui personal branding, dapat disatukan hal-hal utama pada individu yang melibatkan skill, kepribadian, dan karakter yang dibungkus sebagai identitas yang kuat dibanding identitas diri orang lainnya (Montoya & Vandehey, 2008). 

Personal branding didefinisikan oleh Montoya dan Vandehey (2008) sebagai “taking control of how other people perceive you before they come into direct contact with you.” Sementara itu, Mobray (2009) mendefinisikan personal branding sebagai “the ability to deliberately use attributes that demonstrate your capability to manage the expectations one will receive from an encounter with you.” 

Chaplin, J.P. (2002). Dictionary of Psychology. New York. Dell Publishing Co.Inc.

Thompson, J. A., Strickland, A. J. And Gamble, E.J. (2010). Crafting and Executing Strategy, Seventeenth Edition, New York: Mc Graw- Hill/ Irwin, Inc. 

Montoya, P. dan Vandehey, T. (2008). The Brand Called You: Make Your Bussiness Stand Out in a Crowded Market Place. USA: McGraw-Hill. 

Montoya, P. (2002). The Personal Branding Phenomenon: Realize Greater Influence, Explosive Income Growth and Rapid Career Advancement by Applying the Branding Techniques of Michael, Martha & Oprah. USA: Peter Montoya Incorporated.


Muhammad Kahfi

202046500096

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Semiotika dalam Video musik Up & Up - Coldplay

Personal Branding pada logo Alien di Youtube Ria SW

MOTIF SONGKET YANG MENJADI TANDA DARI ASAL MULA SEBUAH KEHIDUPAN