MOTIF SONGKET YANG MENJADI TANDA DARI ASAL MULA SEBUAH KEHIDUPAN

 PENDAHULUAN  

            Berangkat dari tutur adat orang tua yang memiliki darah Minang menjadikan songket menjadi salah satu benda atau pakaian wajib yang ada di rumah. Songket merupakan sebuah karya seni yang indah berasal dari daerah Melayu, keindahannya membuat karya ini bernilai jual sangat tinggi dengan kombinasi warna dan pemilihan benang emas yang terlihat mewah dan memiliki arti yang agung selain itu pada setiap motif songket memiliki arti yang memiliki falsafah. Karya seni lahir dari sebuah motivasi yang ekspresif, komunikatif, spiritual, praktis dan tentunya estetik. “Real world as imitation” apa yang tertuang atau tercipta sebagai benda seni merupakan sebuah tiruan dari alam menurut pendapat Plato. Lain halnya dengan Aristoteles yang mengungkapkan bahwa seni itu merupakan sebuah representasi alam diatas sebuah karya. Seniman merupakan seorang manusia yang memiliki panca indera sehingga dapat melihat, mendengar, meraba dan merasakan apa yang ada di hadapannya dari hal tersebut manusia juga merasakan setiap bentuk kejadian yang akan menjadi pengalaman, selanjutnya dari hal tersebut seniman akan memiliki emosi dan ekspresi yang terbentuk menjadi sebuah benda seni. Songket yang telah ada dari kakek atau nenek moyang orang minang, mereka menciptakan sebuah design dari apa yang mereka lihat di alam dan dituangkan kedalam kain songket. Penulis ingin membahas keterkaitan motif kain tenun songket minang dengan falsafah atau buah hasil pemikiran yang ada melalui teori – teori yang berkembang dalam ilmu filsafat. Clive Bell merupakan salah seorang filsuf yang dimana beliau mengkategorikan karya seni dalam tiga cakupan mulai dari emosi estetik, bentuk signifikan dan esensialisme. Manusia memiliki emosi seperti emosi senang, bahagia, dan sedih namun menurut Bell emosi marah bukan lah salah satu emosi estetik.

            

Rumusan masalah :

 

            Masyarakan Minang pada umumnya percaya akan petatah-petitih yang di berikan oleh leluhur sebagai pendoman ataupun aturan dalam kehidupan. Dengan mengkaji asal mula adanya sebuah petatah-petitih dari nenek moyang masyarakat Minang dimulai dengan sebuah tanda yang menjadi sejarah sebuah peradapan.

 

Kajian filosofi motif songket dalam semiotika :

 

            Motif Songket selalu dikaitkan dengan nilai – nilai dari sebuah falsafah terdahulu yang pada awalnya di temukan pada zaman purba. Sebuah tanda yang ditemukan oleh peneliti pada sebuah bangunan – bangunan dolmen, menhir, punden, meja, dan tahta batu pada Kawasan Megalit di daerah Sumatera Barat. Coretan, goresan dan gambar yang ada pada situs tersebut menjadikan sebuah tanda bahwa pada area tersebut memiliki sejarah peradaban dari sebuah kebudayaan. Hal inilah yang membuat para peneliti percaya bahwasannya nenek moyang orang Minang telah memberi sebuah pembelajaran hidup bagi kita saat ini. Dari hal tersebut dapat kita kaitkan dengan Semiotika di mana sebuah tanda dari zaman purba dapat di kaji dan menjadi falsafah dari sebuah kehidupan. Semiotika merupakan kajian sebuah tanda menjadi sebuah makna di balik kata ataupun peristiwa di mana tanda akan memiliki sebuah arti dan pemahaman.

 

Kesimpulan :

 

            Semiotika dapat menjadikan dasar metode kajian dengan sebuah tanda dari sebuah peninggalan sejarah. Peninggalan nenek moyang Masyarakat minang seperti bangunan – bangunan dolmen, menhir, punden, meja, dan tahta batu terdapat sebuah coretan, ukiran maupun gambar akan menjadi point awal dalam mengkaji asal mula sebuah tanda. Coretan, ukiran dan gambar yang ada pada peninggalan tersebut masih dipertahankan oleh masyarakan modern saat ini. Tanda – tanda tersebut yang akhirnya menjadi sebuah motif dan ukiran pada benda – benda seni Masyarakat Minang seperti Rumah Adat hingga pakaian adat seperti kain songket. Kain songketpun terlihat agung karna adanya motif yang memiliki arti ataupun aturan dalam sebuah kehidupan.

 

 

Muhammad Kahfi

202046500096